Digital Taksonomi Bloom

Sebagai pendidik kita semua kenal dengan Taksonomi Bloom, yang diciptakan di tahun 1950 oleh Benjamin Bloom, dan kemudian direvisi 2001 oleh Lorin Anderson.


Kegunaannya adalah untuk memetakan ranah berpikir mulai dari yang terendah (C1) sampai tinggi (C6) sesuai dengan kategori yang ada. Setiap kategori memiliki sejumlah sub-kategori yang mengandung verba kunci yang terkait dengan itu:



  • C1 : Pengetahuan (kemampuan menangkap informasi dan menyatakan kembali informasi tersebut tanpa memahaminya).
  • C2 : Pemahaman (kemampuan memahami makna dari apa yang dilihat dan dipelajari dan melihat hal tersebut dari berbagai segi)
  • C3 : Penerapan (kemampuan menggunakan konsep yang diterima dalam situasi baru secara nyata)
  • C4 : Analisis (mengkategorikan materi dan konsep-konsep ke dalam bagian-bagian sehingga struktur susunannya mudah dipahami)
  • C5 : Sintesis (kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu)
  • C6 : Evaluasi (kemampuan untuk membuat penilaian terhadap suatu situasi, nilai atau ide)
Sampai ketika sosok ICT (Information and Communication Technology) itu datang mengubah cara belajar generasi muda kita karena mereka menerapkan teknologi untuk memecahkan masalah dunia nyata. Siswa kita telah menjadi pembelajar abad ke-21. Tapi apakah kita menjadi guru abad ke-21?

Pada tahun 2007,  Andrew Churche mengembangkan lebih lanjut dan menyempurnakan Taksonomi Bloom yang ada menjadi Digital Taksonomi. Sebuah taksonomi lebih selaras dengan belajar abad ke-21. Berikut ini adalah diagram yang Andrew digunakan untuk meringkas Digital Taksonomi dari Bloom:


Lalu, bagaimana penampakan piramida taksonomi yang menerapkan teknologi informasi dan komunikasi? Berikut ilustrasinya:

Untuk lebih jelasnya silahkan baca tulisan dari Bapak Andrew Churche disini

Comments

Popular posts from this blog

Wikispaces sebagai sarana berdiskusi dan berkolaborasi secara online

Mengelola Kerja Kelompok dengan Padlet